Malam :D
Malam Minggu..
aku barusan selesai membuka file-file yang terselip di ujung pojok memori laptopku. dan menemukan beberapa lembar tulisan di microsoft wordku. tulisan yang geje. tulisan yang lebay, dan terlalu mendramatisir. tulisan yang kubuat hampir setahun lalu.
tulisan yang.. ah, membuatku malu sendiri, sebenarnya.
mari nyengir bersama :D
Seperti lagu legendaris milik peterpan di tahun dua ribuan. Ya, kira-kira seperti itu. Tak begitu jauh dari sana. Kaki di kepala, kepala di kaki. Huh, maksudnya apa aku juga tidak mengerti. Mungkin menunjukkan seseorang yang terlalu stres dan kebingungan seperti aku sekarang ini. Gila. Saking stresnya serasa gila. Tapi juga tak cukup gila sehingga harus dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Bukan. Bukan seperti itu gila yang kumaksud. Aku gila karena bahagia. Karena tidak menyangka akan jadi seperti ini.
Si Upik yang ceroboh memulai semuanya. Aku mencari apa yang memang seharusnya kutulis. Apa yang pantas kutulis. Dan aku menemukannya. Si Upik Abu-Abu yang tidak disangka siapa pun bisa menjadi seperti sekarang ini. Yang bahkan tidak oleh dirinya sendiri. Yang tidak pernah mencoba berharap walau hanya seujung kuku kelingking.
Kebiasaan membaca majalah anak-anak. Haaah, ternyata bermanfaat. Lumayan besar. Tidak, tidak hanya sekadar lumayan. Lebih jauh dari hanya “lumayan”. Tapi sangat besar. Karena dari sanalah semua bermula. Semua berawal. Semua keluar. Semua menjadi seperti serkarang ini.
Profil sang kakek yang awalnya tidak kupedulikan sama sekali. Tidak kuacuhkan sama sekali. Ternyata setelah itu semuanya mengalir dari kepalaku. Mulus, bebas hambatan. Jika dalam rangkaian listrik, tanpa resistor.
Dari sanalah Si Upik Abu-Abu menemukan awalnya. Menemukan apa yang seharusnya dia lakukan. Apa yang seharusnya ditulis. Apa yang menjadi keinginannya untuk dicapai. Apa yang harus diperjuangkan. Apa yang dikejar. Apa yang—ah, sudahlah.
Setiap hari hanya panas-dingin ingin sesegera mungkin merampungkan apa yang seharusnya sudah selesai dari sekian hari lalu. Hanya merutuki nasib yang sial. Mengapa tidak bisa selesai walaupun sudah berusaha.
Sampai di sana Si Upik menyerah. Mengaku kalah dengan godaan syetan. Godaan syetan yang memang sudah sekian lama mengajakku untuk bermain saja daripada berkutat di depan layar yang meyilaukan mata.
Berhenti sudah perjuangan besar Si Abu-Abu. Upik sayang, Upik malang.
Setiap hari disuapi suasana bersaing. Suasana sang pesaing. Setiap hari tanpa jeda sepekan pun. Keinginan untuk melanjutkan ceritaku muncul. Semua ide-ide kecil yang kudapat dari tempat yang tak terduga. Mendesak otakku, meminta untuk segera dicurahkan. Dipindahkan dengan menyiratkannya di tombol-tombol yang bunyi setiap kutekan. Meminta untuk segera kupindahkan ke dalam kalimat-kalimat runtut yang membentuk sebuah cerita bertemakan Rahmatan Lil ‘Alamin.
Sepasang mata dari Si Upik yang belum sempat beristirahat setelah seharian menjelajahi setiap sudut Kotabaru dipaksa tetap membuka kelopaknya. Menatap ke arah layar tajam yang nyeri di mata.
Haaaah, nggak penting banget. tulisan di atas belom selesai dibuat sebenarnya.. tapi rasa malas menggerayangi kepalaku saat ini. dengan sukses membujukku untuk tidak usah melanjutkan tulisan nggak jelas diatas -____-
siapa tahu itu tulisan apa? kapan kubuat? yaps, itu kubuat saat aku terkejut. saat aku merasa tidak mengenal diriku sendiri. saat aku merasa aneh dengan diriku sendiri. heran dengan apa yang berhasil kucapai. haaaaah, cukup. itu sudah lama berlalu. mari memandang ke depan. buat sesuatu yang lebih fresh. tulis sesuatu yang lebih 'wah'